Hari Kedua Indonesia Summit 2025, Zulhas: Inklusi, Inovasi, dan Kolaborasi Lintas Generasi
Jakarta, Laraspost - Sesi pembuka hari kedua bertajuk “Food Sovereignty for Economic Growth” menghadirkan Zulkifli Hasan, Santhi Serad, dan Normansyah Hidayat Syahruddin. Mereka menekankan pentingnya kemandirian pangan dalam menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Zulkifli Hasan menyampaikan, “Kebutuhan pangan kita masih sangat bergantung pada impor, mulai dari gandum untuk roti dan mie hingga 13 juta ton per tahun, kedelai 3 juta ton, dan gula sekitar 6 juta ton. Presiden Prabowo telah mendorong program swasembada pangan. Mewujudkannya memang tidak mudah, tetapi pemerintah berkomitmen memulai dari pemberdayaan masyarakat dan generasi muda agar lebih produktif, tanpa hanya bergantung pada bantuan sosial pangan.” ujar Menteri Koordinator Bidang Pangan RI, pada Kamis (28/8/2025) di The Tribrata Darmawangsa, Jakarta.
Dalam sesi “Spend Wisely, Live Fully: The Frugal Formula for Financial Freedom”, Philip Mulyana dan Cinta Laura Kiehl berbagi strategi membangun kebebasan finansial melalui pengelolaan keuangan yang bijak. Cinta Laura menekankan, “Kesuksesan bukan diukur dari barang branded, rumah mewah, atau mobil sport seperti yang sering terlihat di media sosial. Standar semu itu justru bisa memicu kecemasan. Bagi saya, sukses sejati adalah ketika kita bebas dari kegelisahan, punya cukup waktu bersama keluarga dan teman, serta bisa melakukan hobi yang kita cintai. Kualitas hidup jauh lebih berarti dibanding sekadar simbol materi.”
Panel “Unlocking Job Opportunities: Strategies for Inclusive and Sustainable Employment in Indonesia” menghadirkan Prof. Yassierli, Rieke Diah Pitaloka, dan Willy Saelan. Diskusi ini menyoroti pentingnya menciptakan lapangan kerja inklusif yang mendukung keberlanjutan. Rieke menyampaikan, “Gen Z jangan berkecil hati. Sesulit apa pun hidup, selalu ada peluang selama kita mau berjuang. Jangan terburu-buru menghakimi masa depan, karena harapan akan selalu ada bagi mereka yang terus berusaha," ujarnya.
Isu talenta daerah menjadi fokus dalam sesi “Empowering Young Talent in Eastern Indonesia” bersama Putri Wulandari Hamid. Ia menekankan bagaimana anak muda di wilayah timur Indonesia memiliki potensi besar yang perlu didukung oleh akses pendidikan, pelatihan, dan infrastruktur. “Empowering young talent in Eastern Indonesia adalah langkah nyata untuk melahirkan agen-agen perubahan dari berbagai daerah. Anak muda di Timur Indonesia memiliki potensi besar yang, bila diberdayakan dengan tepat, akan menjadi motor penggerak pembangunan nasional.” ujarnya.
Suasana kembali cair dengan Stand-Up Comedy Special Show oleh Oki Rengga, yang berhasil membawa tawa sekaligus refleksi tentang realitas sosial dan ekonomi Indonesia.
Di panggung Talent Trifecta by ICE, sesi “Viral or Valuable? Balancing Trends with Meaningful Content” menghadirkan Keanu dan Guff Perdana. Mereka menekankan pentingnya konten yang bukan hanya viral, tapi juga relevan dan berdampak. Keanu menyampaikan, Insecurity adalah bagian dari setiap orang, bukan hanya dialami oleh content creator atau influencer. Rasa tidak percaya diri itu manusiawi, tapi jangan sampai membuat kita berhenti berkarya. Kalau memang ingin mulai berkreasi, langkah pertama adalah berdamai dengan diri sendiri. Dengan menerima kekurangan sekaligus menghargai kelebihan, kita bisa lebih bebas mengekspresikan diri dan melahirkan karya yang autentik," ujarnya
Panel “Human Capital Development: Unlocking Indonesia’s Economic Potential” menghadirkan Prof. Stella Christie, Lisa Qonita, dan Caroline Riady. Diskusi ini menyoroti pengembangan SDM sebagai kunci pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Prof. Stella menekankan, “Investasi terbaik bangsa ini ada pada manusianya. Memberikan akses pendidikan berkualitas dan pelatihan relevan adalah cara memastikan kita siap menghadapi era kompetisi global.” ujarnya
Di sesi “Beyond the Balance Sheet: Redefining Success for the Digital Womenpreneur”, Cherly Juno, Tyna Dwi Jayanti dan Irflania Ramadhani Lubis berbagi pengalaman membangun bisnis digital yang berorientasi pada dampak. Tyna menyampaikan, “Jangan berpikir terlalu jauh. Kita bisa mulai dari passion yang kita punya. Mulailah dari hal yang kita sukai, tekuni, pelajari, dan jalani dengan konsistensi.”
Sesi “Building Trust in Justice: Strategies for Consistent Law Enforcement in Indonesia’s 8th Decade” menghadirkan Najwa Shihab dan Setyo Budiyanto. Najwa menekankan pentingnya penegakan hukum yang transparan dan konsisten. “Merekam dan menyiarkan adalah cara paling ampuh untuk memastikan kekuasaan tidak disalahgunakan. Transparansi adalah senjata warga agar tidak ada ruang bagi kesewenang-wenangan.” tegasnya menanggapi larangan live TikTok di aksi demo.
Hari kedua ditutup dengan sesi “Fandom Revolution: How Millennials & Gen Z Are Redefining Celebrity Culture” bersama Ummi Quarry dan Niko Al-Hakim. Mereka membahas bagaimana budaya fandom kini menjadi kekuatan ekonomi baru. Ummi menyampaikan, “Kejar mimpi dengan semangat dan kegigihan. Saat kita pakai energi positif, semesta akan ikut mendukung, dan apa yang kita mau bisa tercapai.”
Hari kedua Indonesia Summit 2025 menjadi momentum penting yang menyoroti kedaulatan pangan, literasi finansial, inklusi kerja, hingga budaya digital. Rangkaian diskusi ini memperlihatkan bahwa lintas generasi memiliki peran besar dalam memastikan masa depan Indonesia lebih tangguh, inklusif, dan berdaya saing.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Indonesia Summit 2025, kunjungi indonesiasummit.com atau Instagram @indonesia.summit.
(7ims)
Post a Comment